Transportasi Online ; DIWAJAHMU KULIHAT BULAN
APLIKASI TRASPORTASI ONLINE
D Indonesia telah hadir tiga operator ; Uber/Grab/GoJek(GoCar) yang sudah memenuhi udara online kota Semarang dan Indonesia. Harapan driver ikut operator transportasi online, untuk memperoleh permintaan atau order lebih berlimpah, dibanding dengan cara lama konvensional / offline. Terakhir ini ada 3 perbedaan yang nyata. Dalam perusahaan, kami memiliki banyak pembanding (banchmark), melalui akun teman-teman dan grup yang juga diikuti.
Akun Eka ikut UberX , order melimpah sampai kaki pegel. Sebab driver UberX yang online sedikit.
Akun Budi ikut GoCar, order kadang sepiii namun tidak jarang bisa tembus 13 point/ 13 order perjalanan (Semarang).
Akun Nugi ikut GrabBike, order tiap hari hanya 2 - 4 trip sudah mentok. Dalam 1 minggu periode ada juga hari yang kosong tanpa order.
Baru terasa tidak berartinya waktu, ketika dalam sehari "on bid / online" tidak memperoleh tarikan atau order perjalanan satupun. Persamaan ketiga operator, yaitu Uber/Grab/GOJEK ; mereka tidak mengijinkan Driver mengerjakan order berlangganan dari customer. Otomatis sehari driver hanya melihat layar aplikasi transportasi tanpa memikir dan mengerjakan penawaran ke customer. Kalau sepi dan pulang kerumah tanpa bawa uang ?. Rasanya jauh diawan-awan, menantikan waktu yang lama oleh perusahaan transportasi online tersebut. Ada ketakutan "kalo" terkena suspend, nyatanya tetap dapat order walau 1, 2. Pemberian bonus / intensive dari operator juga setengah hati ; jam 08.00 - 21.00 wib ; kenapa tidak berlaku 24 jam seperti GoJek.
Coba "ngobrol" dan menawarkan jasa transportasi ke orang lain atau teman atau tetangga kanan-kiri. "Saya ikut Grab, kalau mau order silahkan download.....%^$$%^$^&Y" ; contoh basa-basi percuma !. Kalau mereka mau order 1x, it's oke, kalau selebihnnya butuh order kena "kode etik" berlangganan. Sumpah cara-cara operator bikin peraturan kaku dan memaksakan kehendak, bikin Driver mirip robot yang tidak punya tugas lain selain mengendarai kendaraan. Kenyataan dilapangan - order sepiiiiiiiii sekali - Driver mirip online-er yang miskin mendambakan bulan. Driver Transportasi Online seperti hidup di Era sosial media yang berjalan di kotak kesepian.
Uber HOP ON - ide segar. Nah tetap saja tidak boleh menerima order berlangganan. GrabBike yang sepi order, tidak bisa diandalkan untuk mencari uang. Apakah aplikasi transportasi online sebuah solusi bagi Driver memperoleh penumpang / order / trip / poin / perjalanan ?. Jawabnya dua, kalau permintaan / order rame, aplikasi online disebut solusi. Sedangkan kalau permintaan / order perjalanan sepiiiiii ; aplikasi transportasi online sebuah sistem kegelapan kembali ke era "perbudakan". Data customer yang bisa jadi sumber keyakinan dan pertumbuhan usaha, ditangan Driver tidak ada arti dan nilainya. Apakah kita pikir customer jadi aset Driver ? ternyata tidak. Customer adalah milik Operator dan Grab paling buruk dan lambat pertumbuhan permintaan customernya.
KESIMPULAN
Kalau sudah tidak sesuai ekspektasi...
Kalau sudah tidak bisa jadi harapan...
Kalau hanya menjadikan Driver pengangguran...
Kalau Driver tidak memiliki customer dan pertumbuhan usaha...
Kalau Driver akhirnya hanya menyisakan hutang kendaraan...
Kalau aplikasi transportasi online meruntuhkan kepercayaan diri, karena permintaan sepi..
Sadarkah Driver sedang diperbudak operator transportasi online ?
Para Driver serasa "Pungguk Merindukan Bulan"
DIWAJAHMU KULIHAT BULAN
Jadi ingat sepenggal lirik lagu reff :
"Serasa tiada jauh, kau mudah dicapai tangan
Ingin hati menjangkau, kiranya tinggi di awan"
Sebuah lagu lama cipt Mochtar Embut, diera tahun 1950-an, dinyanyikan Sam Saimun. Kok nglantur ke lagu. Coba search lagu tersebut, era sosial media, era generasi milenial, era teknologi online ; customer transportasi online - serasa tiada jauh dan mudah dicapai tangan. Ingin hati menjangkau, kiranya (customer) tinggi di awan.
Lirik pertama "Diwajahmu kulihat bulan" -- aktivitas driver hanya melihat wajah aplikasi transportasi online seperti melihat bulan. "Bersembunyi di sudut kerlingan" -- bersembunyi di aplikasi customer. "Sadarkah Tuan kau ditatap insan" -- sadarkah tuan (operator) kau ditatap insan (driver). "yang haus akan belaian" -- Kami para Driver butuh perhatian, bukan dijadikan robot dijalanan.
Lirik kedua tidak kalah tepat melukiskan keadaan sekarang. "Di wajahmu kulihat bulan, menerangi hati gelap rawan, Biarlah daku mencari naungan, di wajah damai rupawan" -- Sama dengan keadaan Driver butuh penerang di hati, saat ikut naungan, dengan operator Uber/Grab/GoJek,
Lirik Ketiga ; Th 50-an Mochtar Embut mampu mengilustrasikan kondisi update. "Di wajahmu kulihat bulan, yang mengintai dibalik senyuman, Jangan biarkan ku tiada berkawan, hamba menantikan tuan" --Kami para Driver jangan dibiarkan tiada order, dan order benar-benar dinantikan seperti bulan yang tersenyum.
LOGOUT
D Indonesia telah hadir tiga operator ; Uber/Grab/GoJek(GoCar) yang sudah memenuhi udara online kota Semarang dan Indonesia. Harapan driver ikut operator transportasi online, untuk memperoleh permintaan atau order lebih berlimpah, dibanding dengan cara lama konvensional / offline. Terakhir ini ada 3 perbedaan yang nyata. Dalam perusahaan, kami memiliki banyak pembanding (banchmark), melalui akun teman-teman dan grup yang juga diikuti.
Akun Eka ikut UberX , order melimpah sampai kaki pegel. Sebab driver UberX yang online sedikit.
Akun Budi ikut GoCar, order kadang sepiii namun tidak jarang bisa tembus 13 point/ 13 order perjalanan (Semarang).
Akun Nugi ikut GrabBike, order tiap hari hanya 2 - 4 trip sudah mentok. Dalam 1 minggu periode ada juga hari yang kosong tanpa order.
Baru terasa tidak berartinya waktu, ketika dalam sehari "on bid / online" tidak memperoleh tarikan atau order perjalanan satupun. Persamaan ketiga operator, yaitu Uber/Grab/GOJEK ; mereka tidak mengijinkan Driver mengerjakan order berlangganan dari customer. Otomatis sehari driver hanya melihat layar aplikasi transportasi tanpa memikir dan mengerjakan penawaran ke customer. Kalau sepi dan pulang kerumah tanpa bawa uang ?. Rasanya jauh diawan-awan, menantikan waktu yang lama oleh perusahaan transportasi online tersebut. Ada ketakutan "kalo" terkena suspend, nyatanya tetap dapat order walau 1, 2. Pemberian bonus / intensive dari operator juga setengah hati ; jam 08.00 - 21.00 wib ; kenapa tidak berlaku 24 jam seperti GoJek.
Coba "ngobrol" dan menawarkan jasa transportasi ke orang lain atau teman atau tetangga kanan-kiri. "Saya ikut Grab, kalau mau order silahkan download.....%^$$%^$^&Y" ; contoh basa-basi percuma !. Kalau mereka mau order 1x, it's oke, kalau selebihnnya butuh order kena "kode etik" berlangganan. Sumpah cara-cara operator bikin peraturan kaku dan memaksakan kehendak, bikin Driver mirip robot yang tidak punya tugas lain selain mengendarai kendaraan. Kenyataan dilapangan - order sepiiiiiiiii sekali - Driver mirip online-er yang miskin mendambakan bulan. Driver Transportasi Online seperti hidup di Era sosial media yang berjalan di kotak kesepian.
Uber HOP ON - ide segar. Nah tetap saja tidak boleh menerima order berlangganan. GrabBike yang sepi order, tidak bisa diandalkan untuk mencari uang. Apakah aplikasi transportasi online sebuah solusi bagi Driver memperoleh penumpang / order / trip / poin / perjalanan ?. Jawabnya dua, kalau permintaan / order rame, aplikasi online disebut solusi. Sedangkan kalau permintaan / order perjalanan sepiiiiii ; aplikasi transportasi online sebuah sistem kegelapan kembali ke era "perbudakan". Data customer yang bisa jadi sumber keyakinan dan pertumbuhan usaha, ditangan Driver tidak ada arti dan nilainya. Apakah kita pikir customer jadi aset Driver ? ternyata tidak. Customer adalah milik Operator dan Grab paling buruk dan lambat pertumbuhan permintaan customernya.
KESIMPULAN
Kalau sudah tidak sesuai ekspektasi...
Kalau sudah tidak bisa jadi harapan...
Kalau hanya menjadikan Driver pengangguran...
Kalau Driver tidak memiliki customer dan pertumbuhan usaha...
Kalau Driver akhirnya hanya menyisakan hutang kendaraan...
Kalau aplikasi transportasi online meruntuhkan kepercayaan diri, karena permintaan sepi..
Sadarkah Driver sedang diperbudak operator transportasi online ?
Para Driver serasa "Pungguk Merindukan Bulan"
DIWAJAHMU KULIHAT BULAN
Jadi ingat sepenggal lirik lagu reff :
"Serasa tiada jauh, kau mudah dicapai tangan
Ingin hati menjangkau, kiranya tinggi di awan"
Sebuah lagu lama cipt Mochtar Embut, diera tahun 1950-an, dinyanyikan Sam Saimun. Kok nglantur ke lagu. Coba search lagu tersebut, era sosial media, era generasi milenial, era teknologi online ; customer transportasi online - serasa tiada jauh dan mudah dicapai tangan. Ingin hati menjangkau, kiranya (customer) tinggi di awan.
Lirik pertama "Diwajahmu kulihat bulan" -- aktivitas driver hanya melihat wajah aplikasi transportasi online seperti melihat bulan. "Bersembunyi di sudut kerlingan" -- bersembunyi di aplikasi customer. "Sadarkah Tuan kau ditatap insan" -- sadarkah tuan (operator) kau ditatap insan (driver). "yang haus akan belaian" -- Kami para Driver butuh perhatian, bukan dijadikan robot dijalanan.
Lirik kedua tidak kalah tepat melukiskan keadaan sekarang. "Di wajahmu kulihat bulan, menerangi hati gelap rawan, Biarlah daku mencari naungan, di wajah damai rupawan" -- Sama dengan keadaan Driver butuh penerang di hati, saat ikut naungan, dengan operator Uber/Grab/GoJek,
Lirik Ketiga ; Th 50-an Mochtar Embut mampu mengilustrasikan kondisi update. "Di wajahmu kulihat bulan, yang mengintai dibalik senyuman, Jangan biarkan ku tiada berkawan, hamba menantikan tuan" --Kami para Driver jangan dibiarkan tiada order, dan order benar-benar dinantikan seperti bulan yang tersenyum.
LOGOUT
Comments
Post a Comment
Nama :
Email :
Pesan :