Do'a dan harapan kami untuk UBER tetap berkibar
Kalau berbicara tentang aplikasi transportasi online, pertama kita bicarakan UBER. Sementara yang lain "mengekor" dan sebagai kompetitor. Bersyukur di Indonesia UBER bisa kita benchmark dengan GRAB dan GOJEK. Uber selalu terbuka masalah keuangan, jumlah mitra pengemudi, bonus/intensif, sampai jumlah laporan perjalanan yang detail.
Uber paling minimalis bonus/intensif perjalanan yang diberikannya ke Driver. Artinya mereka bersedia memberi subsidi ke mitra pengemudi "ala" kadarnya. Dua ijo ; GoJek / GOCAR dan Grab paling "gila" dalam membeli driver-nya dengan jargon bonus/intensif. Meski pun hanya memberi intensif/bonus sedikit, uber tetap menderita kerugian.
Menurut kontributor Guntoro Putro Jati dari CNN Indonesia. UBER Rugi Rp.37,11 Triliun Sepanjang tahun 2016. Sumber situs berita ; https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170416133153-185-207868/uber-rugi-rp3711-triliun-sepanjang-tahun-lalu/. Banyak sekali kasus hukum yang menyerang UBER, namanya juga di-Uber, makanya kena masalah, kena gugat, kena kasus pelecehan sexual, dan terakhir terkena dugaan suap. Admin senang, sebagai mitra pengemudi ; UBER terbuka, uber menghargai driver-nya dengan laporan publikasi keadaan riil keuangannya. Kalau UBER rugi, bagaimana drivernya surpluss ??. Keterbukaan ini, bagi mitra driver beda rasanya dengan GoJek dan Grab yang cenderung umbar berita besaran nilai valuasi-nya.
3 aplikasi transportasi yang beredar tidaklah ada yang sempurna. Bagi Mitra Driver GoCar paling mudah untuk mulai kerja tanpa modal TOPUP segala dan juga withdraw bisa diambil setiap hari. Minusnya janji bonus sudah kelewat batas, harus menyelesaikan 14 point - 17 point - ngak masuk akal !. Uber tidak ada sistem point, namun menghargai waktu kerja "online" mitra drivernya - TOP. Grab tidak ada nilai lebihnya, jujur dan curang pihak operator itu beda tipis. Rasanya aneh pola kemitraan ala Grab dan Gojek, kurang menghargai profesi supir sebagai mitra-nya, tidak terbuka. Apalagi keuangannya. GRAB dan GOJEK ibarat Alfamart dan Indomart bersaing ketat. Dimana ada transportasi online Grab maka disitu pasti ada sinyal GOJEK. Akhir tahun ini UBER benar-benar terlihat "keteteran" dengan ekspansi duo IJO.
Karena kali ini membahas UBER, kemerosotan UBER Indonesia tidak lepas dari system kemitraan top down bukan botton up. Harga software dispatch UBER 10% dari biaya perjalanan sudah cukup wajar, meski sulit bikin pengembangan berkelanjutan dan bayar perpajakan. Jika 15% biaya perjalanan UBER, masih wajar vendor Koperasi KJTUB sebagai badan hukum pengelola mendapat bagian 5%. Sampai dengan hari ini Driver tidak memperoleh penjelasan tentang share 25% yang terlalu besar. Jika mengacu GOCAR dan GRAB vendor punya share 2,5% - maksimal 5%. Perusahaan Operator kompetitor masih bisa berkembang dan expansi. Sementara UBER sampai Oktober 2017 keteter perluasan pasar. Perlahan-lahan tapi pasti, UBER ditinggal pelanggan setianya.
UBER Semarang tidak di urus om !, ganti vendor gimana ?
Nah sekarang apakah UBER Indonesia sudah mulai mempersiapkan pengibaran bendera putih ?.
Sekarang biar hasilnya tidak bendera putih, kita berdo'a untuk UBER dan kelancaran teman-teman driver sekalian dalam mendapatkan rizki halal, amin.
Joint UBER via Twiter : https://twitter.com/dedi_triputra/status/915488469417304064
Joint UBER via FB : https://www.facebook.com/STOP-GO-366555277122502/
Kita masih butuh UBER, masih butuh teknologi barunya, masih perlu referensi Driverless Car, dan dalam waktu dekat kita ingin mencoba teknologi smartwatch ;
Comments
Post a Comment
Nama :
Email :
Pesan :